"...lebih banyak lagi pekerjaan untukku! mengepel sepanjang malam, seperti aku tak punya cukup pekerjaan saja! Tidak, ini sudah kelewatan, aku akan ke Dumbledore..."
Langkah-langkah Filch menjauh dan mereka mendengar pintu ditutup keras - keras dikejauhan.
Mereka menjulurkan kepala. Filch jelas baru saja berpatroli di tempat ia biasa berjaga. Mereka sekali lagi berada di tempat Mrs Norris diserang. Dengan tatapan sekilas mereka sudah melihat apa yang membuat Filch berteriak-teriak. Genangan air membasahi sampai setengah koridor, dan kelihatannya air masih merembes dari bawah pintu toilet Myrtle Merana. Sekarang setelah Filch berhenti berteriak-teriak, mereka bisa mendengar tangisan myrtle bergaung dari dinding - dinding toilet .
***
"Namaku Harry Potter."
Kata-kata itu berkilau sejenak di halaman itu, lalu menghilang tanpa bekas juga. Kemudian, akhirnya, ada yang terjadi. Muncul di halaman itu, dalam tintanya sendiri, rangkaian kata yang tak pernah ditulis Harry.
"Halo, Harry Potter. Namaku Tom Riddle. Bagaimana kau bisa mendapatkan buku harianku?"
Kata - kata itu juga mengabur dan hilang, tetapi Harry sudah sempat menulis balik.
"Ada yang membuangnya di toilet."
Dia menunggu tanggapan Riddle dengan bergairah.
"Untung saja aku mencatat kenanganku dengan cara yang lebih bertahan daripada tinta. Tapi dari dulu aku tahu, akan ada orang-orang yang tidak menginginkan buku harian ini dibaca."
"Apa maksudmu?" Harry menulis, tintanya sampai menetes saking tegangnya dia.
"Maksudku buku harian ini menyimpan kenangan akan peristiwa-peristiwa mengerikan. Peristiwa-peristiwa yang disembunyikan. Peristiwa - peristiwa yang yang terjadi disekolah sihir Hogwarts ini."
Jantung Harry berdegup kencang. Jawaban Riddle muncul, tulisannya makin tidak rapi, seakan dia terburu-buru ingin menceritakan segala hal yang diketahuinya.
"Tentu saja aku tahu tentang Kamar Rahasia. Pada zamanku bersekolah, mereka mengatakan itu cuma legenda, bahwa kamar itu tidak ada. tetapi itu bohong. Dalam tahun kelimaku, kamar itu dibuka dan monsternya menyerang beberapa murid, akhirnya malah membunuh satu diantaranya. Aku menangkap orang yang membuka kamar rahasia itu dan dia dikeluarkan. tetapi kepala sekolah, Profesor Dippet, yang malu karena hal seperti itu terjadi di Hogwarts, melarangku menceritakan yang sebenarnya. Cerita yang dikeluarkan adalah anak perempuan itu meninggal dalam kecelakaan yang aneh. Mereka memberiku trofi bagus, berkilau dan berukir, dan memperingatkan aku untuk tutup mulut. Tetapi aku tahu peristiwa semacam itu bisa terjadi lagi. Monster itu masih hidup dan orang yang punya kekuasaan untuk melepaskannya tidak dipenjarakan."
to be continue...
0 comments:
Post a Comment